Monthly Archives: Juli 2011

Bertani Padi dan Ujian Matematika

TIDAK ADA SEORANGPUN YANG BANGUN SEBELUM SUBUH SELAMA TIGA RATUS ENAM PULUH HARI DALAM SATU TAHUN TIDAK MAMPU MEMBUAT KELUARGANYA KAYA RAYA

Pernyataan di atas merupakan pembuka bab ke delapan buku Outliers karya Malcolm Gladwell. Pernyataan di atas cukup jelas untuk menjelaskan mengapa bangsa Asia begitu cerdas dalam matematika.

Padi telah ditanam di Cina selama ribuan tahun, dan dari sanalah teknik penanaman padi menyebar ke seluruh Asia Timur. Fakta yang paling mengejutkan tentang sawah di Asia- yang sampai saat ini sulit dipahami-yaitu ukurannya. Ukurannya sangat kecil. Ini sangat berbeda dengan sawah di amerika yang menggunakan peralatan canggih dengan luas lahan yang sangat besar.Di Jepang atau Cina, para petani tidak memiliki cukup uang untuk membeli peralatan, lagipula tidak ada lahan kosong yang bisa diubah menjadi sawah. Jadi para petani meningkatkan hasil panennya dengan berpikir lebih cerdas, dengan membagi waktu mereka dengan lebih baik, dan dengan mebuat berbagai pilihan yang lebih baik.Seperti yang diungkapkan oleh Francesca Bray, pertanian di timur “beorientasi keahlian”: jika anda bersedia mencabuti rumput liar dengan lebih baik dan menjadi lebih ahli dalam pemberian pupuk, dan menghabiskan waktu lebih lama yntuk mengawasi tingkat air dan menjaga agar lapisan tanah benar-benar sama, dan mengoptmalkan setiap inchi lahan yang anda miliki, anda akan mendapatkan hasil panen yang lebih besar.

Berikut ini adalah berbagai hal yang akan dikatakan petani miskin ke yang lainnya saat mereka bekerja 3000 jam setahun dibawah panas yang terik dan kelembaban sawah di Cina:

“Tidak ada makan tanpa darah dan keringat”

“Petani sangat sibuk; Petani sangat sibuk; jika petani tidak sibuk maka darimana asal gandum untuk dimakan di musim dingin”

“Jangan bergantung pada surga untuk sesuap nasi,tetapi bergantung pada kedua tanganmu sendiri yang melakukan pekerjaan”

“Tidak ada gunanya mempertanyakan hasil panen, semuanya bergantung pada hasil panen dan pupuk”

“Jika seseorang bekerja keras, tanah ini tidak akan malas”

Dan ucapan yang paling hebat adalah: “Tidak ada seorang pun yang bangun sebelum subuh selama tiga ratus enam puluh hari setahun yang tidak biasa membuat keluarganya kaya raya”

Bekerja sangat keras adalah yang dilakukan oleh orang yang sukses, dan hebatnya kebudayaan yang terbentuk di lahan sawah adalah bekerja keras yang memberikan mereka yang bekerja di tengah sawah sebuah cara untuk menemukan arti di tengah-tengah ketidakpastian dan kemiskinan yang luar biasa. Pelajaran itu benar-benar bermanfaat bagi orang Asia di banyak bidang tetapi paling sempurna di dalam bidang matematika.

Kini lihatlah kasus berikut ini:

Dalam tes TIMSS (tes matematika dan ilmu pengetahuan alam yang berkesinambungan setiap 4 tahun), suatu kali diberikan sebuah kuesioner. Total 120 nomor yang diberikan dalam kuesioner terlalu banyak sehingga kebanyakan siswa mengosongkan 10-20 pertanyaan. Dan (percaya atau tidak) peringkat siswa dalam tes tersebut sama persis dengan semakin banyaknya nomor yang dijawab dalam kuesioner. Jadi, bagaimana jika sekarang kita menilai olimpiade matematika internasional yang dilakukan tiap tahun itu dari seberapa kertas siswa besedia untuk bekerja. Kita bisa memprediksi hasil tes tersebut dengan melihat budaya negara asal peserta. Dan lihatlah seberapa budaya kerja keras yang tercipta di lahan sawah sempit itu bekerja. Tidak terlalu susah untuk mengetahui negara-negara yang berhasil di kedua daftar diatas: Singapura, Kora Selatan, Cina (Taiwan), Hong Kong, dan Jepang. Sederhana bukan?